Pencanangan budidaya komersial
gaharu di Depok Menteri Kehutanan, MS Kaban mencanangkan
gerakan nasional budidaya kayu gaharu di
lingkungan masjid dan lahan masyarakat
(Masjid gaharu). Pencanagan dengan
penanaman perdana bibit pohon gaharu
varitas unggul di masjid Al-Fauzien Perumahan Gema Pesona, Kota Depok, pada
tanggal 16 September 2008. Penanaman pohon gaharu di lingkungan
masjid, menurut dia, untuk pertama kalinya
dan sebagai upaya melestarikan pohon yang
mulai langka ini. "Pohon ini (gaharu) memiliki nilai ekonomi
tinggi. Alangkah baiknya jika diikuti oleh
masjid yang lain," ujar Kaban, yang mengaku
di Dephut ada enam juta pohon siap
disalurkan secara gratis. Pengembangan budidaya kayu gaharu di
masjid tersebut diinisiasi oleh Dewan Masjid
Indonesia (DMI) Kota Depok dan Pusat
Penelitian geografi Terapan (PPGT-FMIPA)
Universitas Indonesia (UI). Budidaya dimulai dari wilayah Depok akan
dikembangkan diberbagai wilayah lainnya di
Indonesia melalui koperasi Pemberdayaan
Ekonomi Masjid Indonesia. Budidaya kayu gaharu untuk mengantisipasi
kepunahan kayu jenis ini di Indonesia.
Kepunahan gaharu disebabkan dua hal.
Pertama teknik penebangan kayu gaharu
dan tidak ada kepastian ada atau tidaknya
resin gaharu dalam kayu tersebut. Kedua, karena permintaan kayu gaharu selalu tinggi
mengakibatkan menurunnya suplay alami.
Gaharu umumnya terdapat di hutan-hutan
wilayah Papua, Kalimantan, Halmahera, NTB,
NTT serta Sumatra. Kayu gaharu terbukti memili ekonomi tinggi,
setidaknya terdapat enam klasifikasi harga
kayu gaharu - terhgantung kualitas dan usia
resin yang dihasilkan gaharu- dari harga
termurah Rp100 ribu per kg hingga Rp30 juta
per kilogram. Permintaan risen gaharu selalu meningkat
setiap tahun. Negara-negara yang
mengimport banyak gaharu adalah India,
Cina, Jepang, Arab, Saudi dan Amerika
Serikat. Turut dalam menanam pohon
bersama menteri diantaranya Wakil Walikota Depok Yuyun Wirasaputra, Ketua
DPRD Naming D Bothin serta sejumlah tokoh
masyarakat lain.(sumber: ganif aswoko) Posted by walker at 18:35:00 PM Labels: Budidaya KAMIS, JANUARI 29, 2009
Tahun Gaharu Indonesia, 2009 Gaharu, jenis tanaman ini sangat akrab di
wilayah tropis seperti Indonesia ini. Siapa
yang tidak kenal gaharu. Masyarakat
Indonesia yang tumbuh dengan pengaruh
asia terutama India, China dan Melayu sangat
akrab dengan gaharu mulai awal era klasik Nusantara. Kebudayaan Hindu, Bhuda,
Konghucu memanfaatkan kayu gaharu untuk:
Keperluan ritual keagamaan (dupa, hiyo;
Hindu Budha, Konghucu), Pengharum badan,Pengharum ruangan, Bahan kosmetik, Obat-
obatan sederhana. Kayu gaharu dulu didapatkan di hutan hujan
tropis. Hutan hujan tropis Nusantara
memberikan secara alamiah proses
terbentuknya kayu gaharu di wilayah sesuai
dengan syarat tumbuhnya: Sesuai dengan
kondisi habitat alami; Dataran rendah, Berbukit (< 750 mdpl). Jenis Aquilaria tumbuh baik di jenis tanah
Podsolik merah kuning, tanah lempung
berpasir, dengan drainage sedang sampai
baik, iklim A-B, kelembaban 80%, suhu 22-28
derajat Celsius, Curah hujan 2000-4000 mm/
th. Tidak baik tumbuh di tanah tergenang, rawa, ketebalan solum tanah kurang 50cm,pasir kwarsa, tanah dengan pH < 4. Jaman dulu gaharu diperoleh dari alam
langsung untuk kepentingan sendiri. Tetapi
dalam perkembangannya kayu gaharu
menjadi komoditas yang langka karena
diexploitasi besar-besaran dan mulai
diperdagangkan ke berbagai penjuru dunia (China, Arab, India dan Eropa dll). Saat ini
menjadi suatu kesulitan untuk mendapatkan
kayu gaharu dalam jumlah besar, karena
hutan-hutan sudah dilindungi dan
dikonservasi. Meskipun demikian di pasar
selalu beredar komoditas tersebut yang diambil dari hutan-hutan. Kecuali daerah-
daerah yang memenag sudah melakukan
pembudidayaan gaharu. Saat ini Pusat Penelitian geografi Terapan
(PPGT-FMIPA) Universitas Indonesia (UI)
sudah meluncurkan hasil penelitiannya
terkait dengan rekayasa produksi kayu
gaharu. Kayu gaharu yang tadinya hanya
didapatkan dari alam langsung sekarang sudah dapat dbudidayakan dengan lebih
seksama seperti tanaman perkebunan lain
(teh, kopi, coklat, karet dll). Gaharu rekayasa memberikan peluang
perencanaan budidaya yang lebih akuntable,
dari mulai penyemaian, pembibitan,
penanaman, penyiapan lahan, pemupukan,
perawatan, pengobatan, rekayasa in-okulasi
(pemasukan enzim pembentuk jamur gaharu yang harum dan khas wangi baunya. Dari
mulai penanaman hingga dapat dilakukan
inokulasi ketika pohon gaharu berumur 4-5
tahun. Dan setelah 1-2 tahun kemudian dapat
di panen. Kebutuhan gaharu dunia sangat besar quota
Indonesia 300 ton/tahun baru dapat dipenuhi
10 % inipun berasal dari gaharu alam.
Temuan rekayasa produksi kayu gaharu
memberi peluang yang sangat besar bagi
perkebunan di Indonesia. Dan keuntungan lainnya gaharu dapat disisipkan di sela-sela
perkebunan karet, ataupun dapat juga
perkebunan gaharu dengan sistem tumpang
sari yang mana pohon gaharu sebagai
tanaman induk (tanaman keras tahunan) dan
pada lahan yang sama di tanam tanaman musiman yang disarankan jenis tanaman
dengan buah di atas (bukan umbi-umbian). Jika pada tahun 2009 pemerintah bersama
masyarakat perkebunan dan pertanian
secara serentak melakukan penanaman dan
tahun 2014 dilakukan penyuntikan (inokulasi)
maka 2015/16 Indonesia menjadi produsen
kayu gaharu terbesar di dunia. Mari bersama sama mensukseskan 2009
sebagai tahun Gaharu Indonesia. Dan saat ini
pihak UI sudah mempersiapkan bibit gaharu
sebanyak-banyaknya. Kami bekerjasama
dengan UI sudah memulai penanaman bibit
gaharu, baik di Jawa Barat(sawangan Depok), Yogyakarta (kulon Progo), maupun
Jawa Timur (Malang).
(ganif).
It'z my life. It'z All abOut mY DreamS... Seorang anak manusia yang sedang mencari jati diri dalam hidupnya...........
Tuesday, April 26, 2011
GAHARU
Pencanangan budidaya komersial
gaharu di Depok Menteri Kehutanan, MS Kaban mencanangkan
gerakan nasional budidaya kayu gaharu di
lingkungan masjid dan lahan masyarakat
(Masjid gaharu). Pencanagan dengan
penanaman perdana bibit pohon gaharu
varitas unggul di masjid Al-Fauzien Perumahan Gema Pesona, Kota Depok, pada
tanggal 16 September 2008. Penanaman pohon gaharu di lingkungan
masjid, menurut dia, untuk pertama kalinya
dan sebagai upaya melestarikan pohon yang
mulai langka ini. "Pohon ini (gaharu) memiliki nilai ekonomi
tinggi. Alangkah baiknya jika diikuti oleh
masjid yang lain," ujar Kaban, yang mengaku
di Dephut ada enam juta pohon siap
disalurkan secara gratis. Pengembangan budidaya kayu gaharu di
masjid tersebut diinisiasi oleh Dewan Masjid
Indonesia (DMI) Kota Depok dan Pusat
Penelitian geografi Terapan (PPGT-FMIPA)
Universitas Indonesia (UI). Budidaya dimulai dari wilayah Depok akan
dikembangkan diberbagai wilayah lainnya di
Indonesia melalui koperasi Pemberdayaan
Ekonomi Masjid Indonesia. Budidaya kayu gaharu untuk mengantisipasi
kepunahan kayu jenis ini di Indonesia.
Kepunahan gaharu disebabkan dua hal.
Pertama teknik penebangan kayu gaharu
dan tidak ada kepastian ada atau tidaknya
resin gaharu dalam kayu tersebut. Kedua, karena permintaan kayu gaharu selalu tinggi
mengakibatkan menurunnya suplay alami.
Gaharu umumnya terdapat di hutan-hutan
wilayah Papua, Kalimantan, Halmahera, NTB,
NTT serta Sumatra. Kayu gaharu terbukti memili ekonomi tinggi,
setidaknya terdapat enam klasifikasi harga
kayu gaharu - terhgantung kualitas dan usia
resin yang dihasilkan gaharu- dari harga
termurah Rp100 ribu per kg hingga Rp30 juta
per kilogram. Permintaan risen gaharu selalu meningkat
setiap tahun. Negara-negara yang
mengimport banyak gaharu adalah India,
Cina, Jepang, Arab, Saudi dan Amerika
Serikat. Turut dalam menanam pohon
bersama menteri diantaranya Wakil Walikota Depok Yuyun Wirasaputra, Ketua
DPRD Naming D Bothin serta sejumlah tokoh
masyarakat lain.(sumber: ganif aswoko) Posted by walker at 18:35:00 PM Labels: Budidaya KAMIS, JANUARI 29, 2009
Tahun Gaharu Indonesia, 2009 Gaharu, jenis tanaman ini sangat akrab di
wilayah tropis seperti Indonesia ini. Siapa
yang tidak kenal gaharu. Masyarakat
Indonesia yang tumbuh dengan pengaruh
asia terutama India, China dan Melayu sangat
akrab dengan gaharu mulai awal era klasik Nusantara. Kebudayaan Hindu, Bhuda,
Konghucu memanfaatkan kayu gaharu untuk:
Keperluan ritual keagamaan (dupa, hiyo;
Hindu Budha, Konghucu), Pengharum badan,Pengharum ruangan, Bahan kosmetik, Obat-
obatan sederhana. Kayu gaharu dulu didapatkan di hutan hujan
tropis. Hutan hujan tropis Nusantara
memberikan secara alamiah proses
terbentuknya kayu gaharu di wilayah sesuai
dengan syarat tumbuhnya: Sesuai dengan
kondisi habitat alami; Dataran rendah, Berbukit (< 750 mdpl). Jenis Aquilaria tumbuh baik di jenis tanah
Podsolik merah kuning, tanah lempung
berpasir, dengan drainage sedang sampai
baik, iklim A-B, kelembaban 80%, suhu 22-28
derajat Celsius, Curah hujan 2000-4000 mm/
th. Tidak baik tumbuh di tanah tergenang, rawa, ketebalan solum tanah kurang 50cm,pasir kwarsa, tanah dengan pH < 4. Jaman dulu gaharu diperoleh dari alam
langsung untuk kepentingan sendiri. Tetapi
dalam perkembangannya kayu gaharu
menjadi komoditas yang langka karena
diexploitasi besar-besaran dan mulai
diperdagangkan ke berbagai penjuru dunia (China, Arab, India dan Eropa dll). Saat ini
menjadi suatu kesulitan untuk mendapatkan
kayu gaharu dalam jumlah besar, karena
hutan-hutan sudah dilindungi dan
dikonservasi. Meskipun demikian di pasar
selalu beredar komoditas tersebut yang diambil dari hutan-hutan. Kecuali daerah-
daerah yang memenag sudah melakukan
pembudidayaan gaharu. Saat ini Pusat Penelitian geografi Terapan
(PPGT-FMIPA) Universitas Indonesia (UI)
sudah meluncurkan hasil penelitiannya
terkait dengan rekayasa produksi kayu
gaharu. Kayu gaharu yang tadinya hanya
didapatkan dari alam langsung sekarang sudah dapat dbudidayakan dengan lebih
seksama seperti tanaman perkebunan lain
(teh, kopi, coklat, karet dll). Gaharu rekayasa memberikan peluang
perencanaan budidaya yang lebih akuntable,
dari mulai penyemaian, pembibitan,
penanaman, penyiapan lahan, pemupukan,
perawatan, pengobatan, rekayasa in-okulasi
(pemasukan enzim pembentuk jamur gaharu yang harum dan khas wangi baunya. Dari
mulai penanaman hingga dapat dilakukan
inokulasi ketika pohon gaharu berumur 4-5
tahun. Dan setelah 1-2 tahun kemudian dapat
di panen. Kebutuhan gaharu dunia sangat besar quota
Indonesia 300 ton/tahun baru dapat dipenuhi
10 % inipun berasal dari gaharu alam.
Temuan rekayasa produksi kayu gaharu
memberi peluang yang sangat besar bagi
perkebunan di Indonesia. Dan keuntungan lainnya gaharu dapat disisipkan di sela-sela
perkebunan karet, ataupun dapat juga
perkebunan gaharu dengan sistem tumpang
sari yang mana pohon gaharu sebagai
tanaman induk (tanaman keras tahunan) dan
pada lahan yang sama di tanam tanaman musiman yang disarankan jenis tanaman
dengan buah di atas (bukan umbi-umbian). Jika pada tahun 2009 pemerintah bersama
masyarakat perkebunan dan pertanian
secara serentak melakukan penanaman dan
tahun 2014 dilakukan penyuntikan (inokulasi)
maka 2015/16 Indonesia menjadi produsen
kayu gaharu terbesar di dunia. Mari bersama sama mensukseskan 2009
sebagai tahun Gaharu Indonesia. Dan saat ini
pihak UI sudah mempersiapkan bibit gaharu
sebanyak-banyaknya. Kami bekerjasama
dengan UI sudah memulai penanaman bibit
gaharu, baik di Jawa Barat(sawangan Depok), Yogyakarta (kulon Progo), maupun
Jawa Timur (Malang).
(ganif).
gaharu di Depok Menteri Kehutanan, MS Kaban mencanangkan
gerakan nasional budidaya kayu gaharu di
lingkungan masjid dan lahan masyarakat
(Masjid gaharu). Pencanagan dengan
penanaman perdana bibit pohon gaharu
varitas unggul di masjid Al-Fauzien Perumahan Gema Pesona, Kota Depok, pada
tanggal 16 September 2008. Penanaman pohon gaharu di lingkungan
masjid, menurut dia, untuk pertama kalinya
dan sebagai upaya melestarikan pohon yang
mulai langka ini. "Pohon ini (gaharu) memiliki nilai ekonomi
tinggi. Alangkah baiknya jika diikuti oleh
masjid yang lain," ujar Kaban, yang mengaku
di Dephut ada enam juta pohon siap
disalurkan secara gratis. Pengembangan budidaya kayu gaharu di
masjid tersebut diinisiasi oleh Dewan Masjid
Indonesia (DMI) Kota Depok dan Pusat
Penelitian geografi Terapan (PPGT-FMIPA)
Universitas Indonesia (UI). Budidaya dimulai dari wilayah Depok akan
dikembangkan diberbagai wilayah lainnya di
Indonesia melalui koperasi Pemberdayaan
Ekonomi Masjid Indonesia. Budidaya kayu gaharu untuk mengantisipasi
kepunahan kayu jenis ini di Indonesia.
Kepunahan gaharu disebabkan dua hal.
Pertama teknik penebangan kayu gaharu
dan tidak ada kepastian ada atau tidaknya
resin gaharu dalam kayu tersebut. Kedua, karena permintaan kayu gaharu selalu tinggi
mengakibatkan menurunnya suplay alami.
Gaharu umumnya terdapat di hutan-hutan
wilayah Papua, Kalimantan, Halmahera, NTB,
NTT serta Sumatra. Kayu gaharu terbukti memili ekonomi tinggi,
setidaknya terdapat enam klasifikasi harga
kayu gaharu - terhgantung kualitas dan usia
resin yang dihasilkan gaharu- dari harga
termurah Rp100 ribu per kg hingga Rp30 juta
per kilogram. Permintaan risen gaharu selalu meningkat
setiap tahun. Negara-negara yang
mengimport banyak gaharu adalah India,
Cina, Jepang, Arab, Saudi dan Amerika
Serikat. Turut dalam menanam pohon
bersama menteri diantaranya Wakil Walikota Depok Yuyun Wirasaputra, Ketua
DPRD Naming D Bothin serta sejumlah tokoh
masyarakat lain.(sumber: ganif aswoko) Posted by walker at 18:35:00 PM Labels: Budidaya KAMIS, JANUARI 29, 2009
Tahun Gaharu Indonesia, 2009 Gaharu, jenis tanaman ini sangat akrab di
wilayah tropis seperti Indonesia ini. Siapa
yang tidak kenal gaharu. Masyarakat
Indonesia yang tumbuh dengan pengaruh
asia terutama India, China dan Melayu sangat
akrab dengan gaharu mulai awal era klasik Nusantara. Kebudayaan Hindu, Bhuda,
Konghucu memanfaatkan kayu gaharu untuk:
Keperluan ritual keagamaan (dupa, hiyo;
Hindu Budha, Konghucu), Pengharum badan,Pengharum ruangan, Bahan kosmetik, Obat-
obatan sederhana. Kayu gaharu dulu didapatkan di hutan hujan
tropis. Hutan hujan tropis Nusantara
memberikan secara alamiah proses
terbentuknya kayu gaharu di wilayah sesuai
dengan syarat tumbuhnya: Sesuai dengan
kondisi habitat alami; Dataran rendah, Berbukit (< 750 mdpl). Jenis Aquilaria tumbuh baik di jenis tanah
Podsolik merah kuning, tanah lempung
berpasir, dengan drainage sedang sampai
baik, iklim A-B, kelembaban 80%, suhu 22-28
derajat Celsius, Curah hujan 2000-4000 mm/
th. Tidak baik tumbuh di tanah tergenang, rawa, ketebalan solum tanah kurang 50cm,pasir kwarsa, tanah dengan pH < 4. Jaman dulu gaharu diperoleh dari alam
langsung untuk kepentingan sendiri. Tetapi
dalam perkembangannya kayu gaharu
menjadi komoditas yang langka karena
diexploitasi besar-besaran dan mulai
diperdagangkan ke berbagai penjuru dunia (China, Arab, India dan Eropa dll). Saat ini
menjadi suatu kesulitan untuk mendapatkan
kayu gaharu dalam jumlah besar, karena
hutan-hutan sudah dilindungi dan
dikonservasi. Meskipun demikian di pasar
selalu beredar komoditas tersebut yang diambil dari hutan-hutan. Kecuali daerah-
daerah yang memenag sudah melakukan
pembudidayaan gaharu. Saat ini Pusat Penelitian geografi Terapan
(PPGT-FMIPA) Universitas Indonesia (UI)
sudah meluncurkan hasil penelitiannya
terkait dengan rekayasa produksi kayu
gaharu. Kayu gaharu yang tadinya hanya
didapatkan dari alam langsung sekarang sudah dapat dbudidayakan dengan lebih
seksama seperti tanaman perkebunan lain
(teh, kopi, coklat, karet dll). Gaharu rekayasa memberikan peluang
perencanaan budidaya yang lebih akuntable,
dari mulai penyemaian, pembibitan,
penanaman, penyiapan lahan, pemupukan,
perawatan, pengobatan, rekayasa in-okulasi
(pemasukan enzim pembentuk jamur gaharu yang harum dan khas wangi baunya. Dari
mulai penanaman hingga dapat dilakukan
inokulasi ketika pohon gaharu berumur 4-5
tahun. Dan setelah 1-2 tahun kemudian dapat
di panen. Kebutuhan gaharu dunia sangat besar quota
Indonesia 300 ton/tahun baru dapat dipenuhi
10 % inipun berasal dari gaharu alam.
Temuan rekayasa produksi kayu gaharu
memberi peluang yang sangat besar bagi
perkebunan di Indonesia. Dan keuntungan lainnya gaharu dapat disisipkan di sela-sela
perkebunan karet, ataupun dapat juga
perkebunan gaharu dengan sistem tumpang
sari yang mana pohon gaharu sebagai
tanaman induk (tanaman keras tahunan) dan
pada lahan yang sama di tanam tanaman musiman yang disarankan jenis tanaman
dengan buah di atas (bukan umbi-umbian). Jika pada tahun 2009 pemerintah bersama
masyarakat perkebunan dan pertanian
secara serentak melakukan penanaman dan
tahun 2014 dilakukan penyuntikan (inokulasi)
maka 2015/16 Indonesia menjadi produsen
kayu gaharu terbesar di dunia. Mari bersama sama mensukseskan 2009
sebagai tahun Gaharu Indonesia. Dan saat ini
pihak UI sudah mempersiapkan bibit gaharu
sebanyak-banyaknya. Kami bekerjasama
dengan UI sudah memulai penanaman bibit
gaharu, baik di Jawa Barat(sawangan Depok), Yogyakarta (kulon Progo), maupun
Jawa Timur (Malang).
(ganif).
Subscribe to:
Comments (Atom)
