Senin, 6 Desember 2010, 09:17 wib Forbes Sawit & Batu Bara, Sumber Harta Orang
Kaya RI » Martua Sitorus Hadi Suprapto | Sabtu, 4 Desember 2010, 00:08 WIB VIVAnews - Forbes kembali merilis daftar kekayaan orang-orang super kaya Indonesia.
Sebanyak 40 warga Indonesia memiliki
kekayaan sebanyak US$71 miliar atau Rp640
triliun. Menariknya, sekitar 16 orang atau 40 persen
dari mereka mengumpulkan kekayaan dari
sumber daya alam, terutama batu bara dan
kelapa sawit. Total nilainya mencapai US$12
miliar. "Peningkatan harga saham dan
komoditas menjadi salah satu pendongkrak kekayaan mereka," tulis Forbes. Forbes menghitung penghasilan menggunakan
nilai saham per 15 November dan nilai tukar
saat itu. Perusahaan swasta dinilai dengan
membandingkan dengan perusahaan BUMN
yang setara. Daftar orang kaya versi Forbes
ini merefleksikan kekayaan keluarga, bukan harta individu. Dari hasil perhitungan Forbes, sejumlah nama
besar masuk jajaran taipan kaya yang
mendapatkan berkah dari kekayaan sumber
alam Indonesia. Sebagian dari mereka malah
sudah lama berkecimpung di bisnis
komoditas, baik kelapa sawit dan batu bara. Berikut beberapa di antara mereka. Eka Tjipta Widjaja, taipan gaek berusia 87,
merupakan salah satu pengusaha yang
menikmati keuntungan dari lonjakan kelapa sawit. Bisnisnya
dikendalikan melalui
PT Sinar Mas Agro
Resources and
Technology Tbk
(SMART) dengan produk andalan
minyak goreng Filma. SMART memiliki perkebunan sawit terluas,
lebih dari 320 ribu hektar. Eka Tjipta berhasil menempati peringkat
ketiga orang terkaya Indonesia dengan total
US$6 miliar. Kekayaan ini melambung dari
tahun sebelumnya yang hanya US$3,6 miliar. Namun, kekayaan Eka Tjipta sebenarnya
tidak hanya dari kelapa sawit. Bisnis
pengusaha yang besar di zaman Orde Baru ini
menggurita dari bubur kertas, properti,
hingga ke perbankan. Eka Tjipta
mengendalikan usahanya melalui empat grup, yaitu Asia Pulp & Paper Group, PT Sinar Mas
Multi Artha Tbk, Asia Food & Properties
Limited, dan SMART. Kelapa sawit juga
telah membuat
Martua Sitorus kaya
raya. Melalui bendera
Wilmar International,
Martua berhasil mengumpulkan
kekayaan sebesar US $3,2 miliar. Sehingga berhasil menduduki
peringkat keempat. Perkebunan kelapa sawit terbentang di
Sumatera dan Kalimantan dengan luas lahan
210 ribu hektar. Pria keturunan Batak ini
memilih mengendalikan bisnisnya dari
Singapura dengan produk andalan minyak
goreng Sania. Bos Grup Salim, Anthoni Salim, juga salah satu
taipan yang merasakan gurihnya minyak
sawit alias CPO. Salim memiliki lahan sawit
melalui Indo Agri Bdan PT PP London Sumatra
Tbk. Produknya yang paling terkenal adalah
Bimoli. Kekayaan sebesar US$3 miliar menempatkan
Anthoni pada peringkat kelima. Kekayaan ini
sebenarnya tidak murni dari kelapa sawit.
Salim lebih banyak mendapat keuntungan
dari mi instan Indomie. Putera Sampoerna juga mencoba
keberuntungan di sektor ini. Melalui
Sampoerna Agro yang dikendalikan anaknya,
Michael Sampoerna, ia menguasai sejumlah
kebun kelapa sawit. Meski gaung taipan, yang kaya dari penjualan
perusahaan rokoknya, itu belum terlihat,
Putera Sampoerna telah memiliki kekayaan
US$2,3 miliar dan menempatkan pada
peringkat kesembilan. Aburizal Bakrie juga
mendapat keuntungan
dari kelapa sawit dan
batu bara. Bisnis batu
bara dikelola melalui
PT Bumi Resources Tbk sedangkan
kelapa sawitnya melalui PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. Keluarga Bakrie kini memiliki kekayaan US
$2,10 miliar dan menduduki peringkat 10.
Setelah Aburizal menjadi pejabat pemerintah
dan masuk dunia politik, saudaranya, Nirwan
D. Bakrie, yang mengelola bisnis keluarga. Nama baru yang
menikmati
keuntungan dari hasil
tambang batu bara
adalah Kiki Barki.
Pendatang baru di deretan orang
terkaya Indonesia ini mengendalikan perusahaannya melalui PT
Harum Energy Tbk. Kiki yang kini berusia 71 tahun mengoleksi
kekayaan senilai US$1,7 miliar, dan
menduduki peringkat ke-11. Melalui bisnisnya
di industri tambang batu bara, Kiki sukses
membawa Harum Energy mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada awal Oktober 2010. Saat penawaran umum perdana (initial public
offering/IPO) dengan melepas 500 juta saham
pada harga Rp5.200 per unit, perseroan
mampu meraup dana segar Rp1,04 triliun.
Harum Energy yang merupakan perusahaan
grup Tanito Coal itu kini masuk salah satu produsen batu bara terbesar di Indonesia. Edwin Soeryadjaya
juga berhasil
mengumpulkan
kekayaan dari batu
bara. Melalui Adaro
Energy, Edwin berhasil
mengumpulkan kekayaan US$1,6 miliar dan berada pada
peringkat ke-13. Kepemilikan di Adaro tidak secara langsung,
melainkan melalui perusahaan ekuitas
pribadi, Saratoga Capital. Lewat Saratoga
juga, Edwin mengendalikan perusahaan
infrastruktur telekomunikasi, PT
Infrastruktur Menara Bersama.
Vivanews.com

No comments:
Post a Comment